-->

Merdeka (adalah) Menemukan batasan | Hakikat Merdeka



Aku tidak ingin menjadi pohon bambu. Aku ingin menjadi pohon oak yang berani melawan angin

Dengan jujur, saya akui beberapa kesalahan, yang secara sadar saya katakan itu merupakan sebuah kebodohan. Kesalahan yang secara tegas menunjukan betapa “saya masih terpuruk dalam kebodohan”. Saya mengakui itu, dan dengan jujur saya katakan, “saya lakukan segala bentuk (kebodohan) itu dengan sadar dan dengan pertimbangan intelektual yang saya miliki”.

Kondisi ini yang membuat saya merasa jatuh kedalam kubangan yang sangat dalam, dingin dan mencekam. Tapi saya suka. Karena disinilah segala jenis realita yang meyakitkan saya sadari.

Logikaku mulai menganalisis setiap jengkal perbuatan yang telah terjadi. Satu persatu dengan melibatkan pertimbangan akan dan hati saya pahami satu persatu. Secara teliti akal menalar setiap peristiwa yang saya lakukan dengan pertimbangan, benar atau salah dan bagaimana seharusnya. Untuk memperkuat objektivitas, hati mulai membaca hasil karya akal (atas kelakuan saya) dengan pertimbangan, baik atau buruk, sopan atau tidak sopan, dan manusiawi atau bukan.

Hasil yang dirumuskan oleh keduanya (akal dan hati) betapa sangat mencengangkan, saya sebagai makhluk Tuhan yang diciptakan sebagai kholifah fil ardh, wakil Tuhan di dunia. Ternyata belum sepenuhnya menjadi manusi, belum berperilaku layaknya manusia. Bahkan bisa dikatakan sejajar dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lain (hewan dan tumbuhan) atau malah lebih rendah darinya.

Kondisi tersebut, memberikan kesadaran baru pada diri saya bahwa segala bentuk peristiwa dan kondisi yang ada adalah amanah. Dan dengan hasil kompromisasi akal dan hati, memberikan penyadaran bahwa kondisi-kondisi terpuruk seperti inilah yang membuat manusia, merasa bukan manusia. dan yang membuat yang bukan manusia berusaha menjadi manusia seutuhnya. Menjadi manusia seutuhnya adalah proses sadar dan berkelanjutan, psoses yang disengaja dengan pemaksimalan semua potensi yang dimilikinya.

Menjadi manusia.

Dalam penciptanya, manusia terbuat dari tanah hitam (lumpur) yang kotor dan dibentuk, bahan penciptaan ini merupakan jenis tanah yang paling hina dan kotor (symbol kerendahan). Yang kemudian Tuhan tiupkan sebagian dari ruhNya (symbol kemuliaan) kepada manusia. Gabungan dua kutub ekstrem ini berpadu dalam kedirian makhluk yang bernama manusia, sehingga manusia memang diciptakan sebagia makhluk dua dimensional dan dua kecenderungan.

Salah satu keunikan manusia adalah memiliki kehendak bebas “free will” sifat ini adalah manifestasi ruh-nya kedalam diri manusia. Kehendakn bebas atau kekuatan iradah-nya inilah yang merupakan kemampuan yang paling meonjol selain intelektualitasnya. Dengan memiliki kehendak bebas ini manusia merupakan satu-satunya makhluk yang dapat bertindak melawan daya instingnya. Seperti berpuasa, bunuh diri, atau memilih akan bertindak rasional ataupu irrasional.

Disinilah letak kemerdekaan manusia, mereka bebas melakukan segala hal dengan iradahnya. Namun kebebasan manusia tidaklah mutlak mereka tetap saja ciptaaan Tuhan, mereka tetap saja makhluk yang berasal dari tanah. Sehingga perlu penafsiran baru akan makna merdeka disini. yakni “merdeka adalah usaha sadar dan terus menerus untuk menemukan batasan-batasan”, kemerdekaan manusia adalah kemerdekaan yang dibatasi. Kondisi ini harus dipahami manusia sebagai sebuah kesadaran untuk memaksmilkan potensi mereka untuk menyentuh batasan-batasan itu.
 Dalam Hegemony
15-3-16