MADRASAH KELUARGA
Seiring perkembangan zaman yang begitu pesatnya ini, tidak bisa kita
pungkiri lagi manusia dizaman sekarang adalah manusia yang selalu berorientasi
kepada hal-hal yang serba instan, dengan
munculnya pikiran-pikiran modern ini mau tidak mau akan mempengaruhi pola pikir
wanita dizaman sekarang, isu feminisme yang digadang-gadang sekarang ini mau
tidak mau mengarah ke aspek kesetaraan gender, kita lihat saja fakta yang sudah
banyak terjadi, struktur menejemen sekarang ini tidak sedikit pekerjanya adalah
para wanita, terlebih pada posisi sekretaris. Tidak hanya melihat dari sisi
struktur menejemen diperusahaan saja, tidak sedikit juga fenomena yang terjadi
saat ini adalah wanita yang menjadi pekerja kasar. Bahkan yang paling miris
adalah hal ini tidak sedikitpun mendapat penolakan oleh suami-suami mereka, dan
bahkan kebanyakan dari mereka diizinkan oleh suaminya. Dan yang lebih ironisnya
adalah tidak jarang istrinya sebagai tulang punggung keluarga.
Akibat dari profesinya yaitu seorang wanita karir tersebut, waktu sang
istri untuk melayani suami dan mendidik
anaknya akan berkurang. Teringat sedikit mengenai pembahasan kuliah pada beberapa
hari yang lalu mengenai “Pendidikan dan kesetaraan gender” , sangat menarik
sekali pembahasan pada sore itu, hal ini tidak bisa dipungkiri, karena memang
pembahasan ini yang selalu sensitif dikalangan, khususnya mengenai kesetaraan
gender, beberapa teman-teman mahasiswa dan mahasiswi mengutarakan pendapatnya
terkait kesetaraan gender, bahwa kesetaraan gender disini bukan berarti semua
memiliki hak yang sama secara general, inilah yang selalu saja terjadi dalam
pemahaman kesetaraan gender yang merupakan salahsatu faktor yang menyebabkan
sikap menentang atau sulit bisa menerima analisis gender dalam memecahkan
ketidak adilan sosial.
Yang perlu digaris bawahi disini adalah bahwasannya
gender merupakan perbedaan jenis kelamin yang bukan disesabbkan perbedaan
biologis dan bukan kodrat Tuhan, melainkan diciptakan baik oleh laki-laki
maupun perempuan melalui proses sosial dan cultur, oleh karena itu gender bisa
berupah dari waktu ke waktu, bahkan antara kelas sosial ekonomi masyarakat.Sementara itu pemikiran islam tradisional yang direfleksikan oleh
kitab-kitab fiqih secara general memberikan keterbatasan peran perempuan
sebagai istri dan ibu. Menurut pemikiran islam tradisional tersebut bahwa
prinsip utamanya adalah bahwa “laki-laki adalah kepala keluarga” dan
bertanggung jawab terhadap persoalan-persoalan luar rumah, sedangkan perempuan
sebagai istri, bertanggung jawab untuk membesarkan dan pelayanan-pelayanan
rumah tangga lainnya.
Saya teringat kata-kata salah satu
mahasiswi yang menanyakan terkait bagaimana jika wanita mempunyai pendidikan
lebih tinggi dibandingkan sengan suaminya, ? Dalam hal ini ada satu point yang
sangat perlu untuk di renungkan kembali, tentang pernyataan mahasiswi saat presentasi dikelas mata kuliah Profil
dan etika pendidikan , dia mengatakan bahwa “tidak masalah terkait tentang
seorang istri yang punya pendidikan yang lebih tinggi dibanding dengan suami, kemudian
pikiranku mengembara kemana-kemana, teringat
sebuah konsep yang menyatakan bahwa “Istri/ibu adalah madrasah untuk
anak-anaknya” sampai pengair pun
ikut andil mengeluarkan pemikirannya
“ Ibu adalah madrasah jika kamu menyiapkannya
Maka dia menyiapkan generasi berkarakter baik “
Tak mau kalah Penyair lain berkata,
Apabila para ibu tumbuh dalam ketidaktahuan
Maka anak-anak akan menyusu kebodohan dan keterbelakangan
Ibu adalah madrasah pertam, dan ayah sebagai penanggung jawab keluarga maka
termasuk kewajiban ayah memilih madrasah pertama yang baik bagi anaknya. Melihat
betapa besar pengaruh sekolah pertama ini bagi anak, maka Islam menganjurkan
memilih sekolah pertama yang baik dan menganjurkan bahkan melarang memilih
sekolah yang tidak baik. Ketika Nabi saw menyodorkan empat perkara
yang menjadi alasan seorang wanita dinikahi maka beliau menganjurkan memilih
wanita dengan kriteria keempat yaitu pemilik agama
Dari Abu Hurairah dari Nabi saw
bersabda, “Wanita dinikahi karena empat perkara: hartanya, kedudukannya,
kecantikannya dan agamanya. Pilihlah pemilik agama niscaya kamu beruntung.
“ (Muttafaq alaihi)
Saya kira tidak hanya dari sisi
madrasah pertama yang baik, namun kita sebagai wanita juga harus memilih kepala kepala madrasah yang baik untuk madrasah yang baik tersebut. Jadi pada
intinya pemilihan keduanya sama-sama pentingnya, karena mengingat peran dan pengaruh ayah dan ibu sangat urgen
sekali dalam hal pendidikan. Namun yang
perlu diperhatikan adalah, diantara keduanya punya peran masing-masing, dan
punya tanggung jawab masing-masing, namun meskipun keduanya punya peran
sendiri-sendiri, tidak dipungkiri juga keduanya saling membutuhkan, seperti
halnya konsep dialektika Post-Madilog bahwa Tuhan menciptakan segala sesuatu
berpasang-pasangan,dan ada 3 jenis hubungan berpasangan ini, yaitu Saling
membutuhkan, saling bergantian, dan saling melawan, saya kira konsep wanita dan pria diatas akan
masuk di jenis yang pertama yaitu saling membutuhkan, karena keduanya mau tidak
mau akan saling membutuhkan untuk memperlancar peran mereka masing-masing
Posting Komentar