-->

MENELADANI SOSOK IBU SITI KHADIJAH





KHADIJAH .....
Siapa yang tak kenal dengan nama itu
Dikalangan orang muslim tentu sangat tidak asing lagi nama ini
Sosok wanita yang sangat inspiratif sekali, yang mendukung perjuangan dakwah Rasulullah SAW
Rela mengorbankan seluruh jiwa dan raganya demi dakwah Baginda Rasulullah tercinta
Disaat orang disekelilingnya mencaci maki keberadaan Beliau, namun Khadijah dengan lantang berada diposisi terdepan membela Rasulullah SAW
Dengan penuh cinta dengan penuh kasih sayang mengharap Ridho Allah, Khadijah sedikitpun tidak meragukan dakwah Nabi Muhammad SAW..
Sungguh tak ada bandingannya dengan apapun kasih sayang beliau pada suaminya itu ...

“ Dia adalah khadijah binti Khuwailid Ibnu Asad Ibnu Abdil Uzza Ibnu Qushay. Persis di Qushay, kakeknya yang keempat, nasabnya bertemu dengan nasab Rasulullah . Demikian dari pihak ibu, neneknya bernama Halal binti Abdi Manaf. Abu Manaf sendiri adalah kakek ketiga Rasulullah saw. Jadi, dari pihak ayah maupun ibu, Rasulullah SAW, dan khadijah memiliki hubungan kekerabatan yang dekat.
Pada masa jahiliyah, Kahdijah diberi gelar “Wanita yang suci”  (Thahirah). Setelah dua kali menikah, banyak lelaki yang mencoba meminangnya dengan menawarkan sejumlah besar harta sebagai maskawin. Tetapi dia menolak semua pinangan itu.
Perhatian lebih difokuskan pada upaya mengasuh anak dan mengelola perdagangan.
Sejarah mencatat, bagaimana seorang Publik figure., janda, kaya, terhormat, dan mulia hatinya seperti Khadijah, ketika mendengar berita tentang kejujuran, sifat amanah, dan kemuliaan akhlak Muhammad, dia pun segera menemuinya dan menawarkan agar Muhammad mau mengelola bisnisnya di Kota  Syam. Muhammad menerimanya dengan seorang hati dan dia ditemani oleh seorang laki-laki kepercayaannya Khadijah bernama Masisarah.
Bisnis Muhammad dikota Syam, memperoleh keuntungan yang sangat besar. Selama perjalanan bersama Muhammad, Maisarah memperhatikannya dengan seksama bagaimana perilaku yang terpuji dan menghindari hal yang negatif. Dan sering melihat Muhammad, berkhalwat (menyendiri). Dalam perjalanan itu, Maisarah didatangi pendeta Nasrani Nasthura menanayakan perihal pribadi Muhammad, dia pun menjelaskan dengan panjang lebar tentang sosok pribadi yang mulia itu. Lalu sang Rahib bergegas melihat sendiri Muhammad dan berkata, “Wahai Maisarah, orang dengan ciri-ciri yang kausebutkan dan sedang berdoa dibawah pohon itu tubuhnya dinaungi awan tipis adalah Nabi.
Sepulang dari Syam, Khadijah sangat senang mendengar keberhasilan Muhammad. Apalagi ditambah cerita panjang Maisarah perihal kepribadian nabi Muhammad. Maka Khadijah sangat tertarik lantas bergegas menanyakan kepada sepupunya, Waraqah bin Naufal, perihal ciri-ciri Muhammad. Waraqah menjawab, “Jika benar apa yang kau ceritakan tadi, maka benar Muhammad adalah Nabi untuk akhir zaman ini. Aku mengetahui bahwa, dia diutus bagi umat ini sebagai Nabi yang ditunggu-tunggu kedatangannya. Inilah zaman dimana dia diutus”.
Khadijah menyimak penjelasan sepupunya itu dengan serius. Dia lalu berpikir untuk mengambil sikap terbaik terhadap Muhammad. Khadijah sadar bahwa tidak ada pemuda lain di suku Qurays yang sepertinya, sehingga membuat pikirannya terpusat hanya kepada Muhammad (Imrah : 2005). Akan tetapi Khadijah juga masih ragu, pantaskan dia menikah dengan Muhammad ? Selama ini dia yakin, dia harus menjadi tuan bagi dirinya sendiri. Karena hal itulah, dia menolak sebuah pinangan yang datang. Dia lebih memilih untuk hidup bersama baka-anak kata para pemuka itu jika mereka mendengar Khadijah meminang seorang pemuda untuk dirinya sendiri?
Dalam tradisi Arab, seorang wanita hanya boleh menunggu lamaran dari laki-laki. Tetapi, khadijah bukan lagi seorang gadis yang tidak berpengalaman. Sebaliknya, dia justru  telah mempekerjakan banyak laki-laki untuk menangani bisnisnya. Apa salahnya dia memilih sendiri laki-laki yang dapat mendampingi dan membahagiakannya? Tidak menunggu lama, lewat seorang perantara Nafisah binti Umayyah, akhirnya Khadijah memberikan diri meminta Muhammad untuk menikahi dirinya. Mendengar pinangan itu, Muhammad lalu merundingkannya dengan kedua pamannya, Hamzah bin Abdul Muthallib dan Abu Thalib bin Abdul Muthallib. Walhasil disepakati dan dilamarlah Khadijah melalui ayahnya Khuwailid bin Asad. Pada saat akad nikah, Muhammad memberikan mahar beberpa puluh unta kepada Khadijah.
Khadijah sangat gembira atas pernikahan itu.Dia bahagia dpaat menikah dengan orang yang sangat dicintainya.Banyak bukti cinta yang ditunjukkan kepada Muhammad. Muhammad juga membuktikan diri sebagai suami yang sempurna, dia sangat menyayangi tiga anak khadijah, dari kedua suaminya terdahulu. Demikian juga terhadap budaknya, Zaid bin Haritsah. Melihat kenyataan speerti itu, Khadijah, lalu merelakan Zaid dimerdekakan dan dijadikan anak angakat suaminya.
Begitulah pula ketika Muhammadi menginginkan putra pamanntya, Ali Bin Abu Thalib, tinggal bersama untuk meringankan beban ekonomi pamannya, Khadijah membuka pintu lebar-lebar untuk Ali.

Khadijah Lambang Ketulusan
Sepulang dari ber –Tahannuts (menyendiri) di Gua Hira’, Muhammad dengan tumbuh gemetar menemui istrinya, Khadijah, lalu berkata, ‘Selimuti aku !” Setelah tubuhnya berbalut selimut dan dirinya agak tenang, Muhammad berkata, “Wahai Khadijah, apakah yang sebenarnya terjadi pada diiku ini ?” Lantas beliau menceritakan periatiwa yang baru saja dialami dengan cemas dan penuh kekhawatiran. Namun, dengan bijak berkata, “Janganlah engkau cemas. Demi Allah, sesungguhnya Dia tidak akan pernah mengecewakanmu. Bukankah engkau orang yang selalu menyambung tali silaturahmi, berkata jujur, menolong orang yang membutuhkan  pertolongan, dan membantu mereka yang terkena musibah ? “ (Ahmad : 2006) .
Setelah itu, Khadjiah segera pergi menemui saudara sepupunya. Waraqah bin Naufal. Dia menceritakan seluruh kejadian yang dialami suaminya, dan apa yang dikatakan Muhammad kepadanya. Waraqah tafakur sebentar, kemudian berkata,


Mahakudus. Dia Mahakudus. Demia Dia yang memegang hidup Waraqah. Khadijah ! percayalah, dia telah menerima namus besar seperti yang perah diterima  Musa. Dan sesungguhnya dia adalah Nabi umat ini. Katakan kepadanya supaya dia tetap tabah (Haekal : 2006)
Selang beberapa waktu, Muhammad menceritakan kepada Khadijah tentang kunjungan Malikat Jibril yang kedua, dan tugas yang diberikan Allah kepadanya untuk mengajak Khadijah kepada Islam. Bagi Khadijah, perilaku dan kejujuran suaminya merupakan bukti yang tak dapat disangkal bahwa dia adalah Rasul Allah, dan dirinya siap menerima Islam. Sesungguhnya antara dirinya dan islam telah tercipta hubungan yang amat erat sejak sebelumnya. Karenanya, ketika Muhammad Al-Musthafa memperkenalkan Islam kepadanya, dia percaya bahwa Sang Pencipta adalah satu dan Muhammad adalah utusan-Nya (Razwy : 2007)
Khadijah memiliki otak yang cerdas dan perilaku yang mulia. Dia pun memiliki ketabahan luar biasa, sesuatu yang emungkinkannya mampu menghadapi segenap rintangan dan kesulitan tanpa mengeluh. Seluruh jiwa, raga, dan harta bendanya dipersembahkan bagi perjuangan meretas jalan menujutegaknya agama Islam. Setiap kali Rasulullah mendapat rintangan. Khadijah tampil didepan, menghibur, menemani, dan meyakini beliau.
Dari rahim Khadijah lahir anak-anak Muhammad, tetapi diantaraya meninggal dunia pada waktu masih kecil dan Allah menakdirkan yang hidup hanya putri semua. Si bungsu Fathimah kerap dijuluki oleh Rasulullah Saw, sebagai putri yang menyerupai ibunya. Masa-masa itu usngguh berat. Kekuatan fisik Khadijah semakin lama semakin menurun seiring usia yang tak henti menggerogotinya. Begitu pula kecantikannya. Tetapi ada sesuatu yang tak pernah berubah didalam dirinya, yaitu kekuatan spiritual dan kejernihan cintanya. Suatu hari, Malaikat Jibril mendatangi Rasulullah saw dan berkata “Wahai Muhammad ! sebentar lagi, Khadijah akan membawakan makanan, dan minuman untukmu. Kalau dia datang, sampaikan kepadanya salam dari Allah dan dariku. “Nabi pun menyampaikannya. Khadijah menjawab dengan rasa syukur, “Allah-lah Pemelihara Kedamaian dan Sumber Segala Damai. Salamku untuk Jibril.

Tak dapat dibayangkan betapa tidak tertahankan tugas yang harus diemban Nabi jika  Khadijah tidak merasa disampingnya. Khadijah berperan besar dalam menjadikan rumah tangga Rasulullah tenang dan damai.Dialah perempuan lurus dan sempurna. Sosok yang dipilih dan disediakan oleh Allah untuk menjalankan peran mulia. Begitu mulia, agung. Perjalanan hidupnya begitu harum, mendampingi Rasulullah SAW, dengan hati (Yamani :2007 ). Maka, pantaslah dia termasuk diantara jajaran wanita yang dipilih Allah masuk surga tanpa perhitungan terlebih dahulu. Rasulullah SAW, bersabda :
Aku diperintahkan untuk memberi kabar gembira kepada Khadijah bahwa akan dibangun untuknya disurga sebuah rumah dari permata, tak ada  hiruk-pikuk dan rasa lelah disana “ {HR.Bukhari,Muslim, dan Ahmad ) ( Muhammad :20007)

Tulisan ini diambil dari cuplikan buku bejudul “SPIRITUALITAS PERNIKAHAN (Meraih Kebahagiaan dengan Rahmat Ilahi) “ Karangan Moh.Sulthon Amien. 
Yang perlu di ingat terhadap jasa ibunda kita Khadijah adalah
Khadijah memiliki otak cerdas dan perilaku yang mulia. Dia pun memiliki ketabahan luar biasa yang memungkinkannya mampu menghadapi segenap rintangan dan kesulitan tanpa mengeluh. Seluruh jiwa, raga, dan harta bendanya dipersembahkan bagi perjuangan meretas jalan menuju tegaknya agama islam. Setiap kali Rasulullah mendapat rintangan, Khadijah tampil didepan, menghibur, menemani, dan meyakinkan beliau”

Itulah bentuk ke So sweetan Khadijah dalam membuktikan ketulusan kasih sayangnya terhadap Rasulullah dan dakwahnya, serta mengharap Ridho dari Allah. J