PIKIRAN POSITIF BELAJAR EFEKTIF
KAJIAN
PUSTAKA
2.1
Pengertian Berpikir
Positif(
positive
thnking)
Berpikir adalah kerja dari otak
kiri, sedangkan merasa adalah kerja dari otak kanan.[1] Karena dengan berpikir,
seseorang dapat menyusun pengamatan den pengetahuan yang telah dimilikinya
sehingga dapat melahirkan pengetahuan baru, karena itu sebagian psikolog
mengatakan bahwa: “Berpikir adalah proses belajar tertinggi”.[2] berpikir
positif adalah produk kebiasan persepsi positif, atau memandang segala sesuatu
dari sisi baiknya. Orang yang senantiasa berpikir dan berpersepsi positif,
dalam segala hal hidupnya akan jauh lebih happy.
Sebaliknya, orang yang hidupnya selalu berpikiran negatif, hidupnya selalu
diliputi rasa marah, dengki, iri hati, kecewa, merasa paling sial, dan
sebagainya.
Berpikir positif langsung
berpengaruh terhadap kerja gen maupun kesehatan jasmaniyah dan rohaniyah.
Sebaliknya, berpersepsi negatif akan merusaknya. Seseorang dapat berpikir
positif maupun negatif, tergantung pernyataan-pernyataan yang ada dalam
menyikapinya.[3]
Jadi, Berpikir positif adalah sebuah sikap atau prilaku, serta cara pandang
seseorang yang selalu positif dalam mensikapi kehidupan ini. Positive Thinking/ positive emotion
hanyalah modal dasar seseorang dalam kehidupan, karena dengan semakin kompleksnya
masalah yang kita hadapi apabila hanya berpikir positif saja tidaklah cukup.
Selanjutnya setelah berpikir positif kita harus positive Change
atau berubah menjadi semakin baik. Dengan bersikap positif (Positive thinking) bukan berarti telah
menjamin tercapainya suatu keberhasilan. Kehidupan dan kebahagiaan seseorang
tidaklah bisa diukur dengan ukuran gelar kesarjanaan, kedudukan maupun latar
belakang keluarga. Yang dilihat adalah bagaimana cara berpikir orang itu.
Memang kesuksesan kita lebih banyak dipengaruhi oleh cara kita berpikir.
Dengan bersikap positif bukan
berarti telah menjamin tercapainya suatu keberhasilan. Namun, bila sikap kita
positif, setidak-tidaknya kita sudah berada di jalan menuju keberhasilan.
Berhasil atau tidaknya kita nantinya ditentukan oleh apa yang kita lakukan di
sepanjang jalan yang kita lalui tersebut. Tidak semua orang menerima atau
mempercayai pola berpikir positif. Beberapa orang menganggap berpikir positif
hanyalah omong kosong, dan sebagian menertawakan orang-orang yang mempercayai
dan menerima pola berpikir positif. Diantara orang-orang yang menerima pola
berpikir positif, tidak banyak yang mengetahui cara untuk menggunakan cara
berpikir ini untuk memperoleh hasil yang efektif. Namun, dapat dilihat pula
bahwa semakin banyak orang yang menjadi tertarik pada topik ini, seperti yang
dapat dilihat dari banyaknya jumlah buku, kuliah, dan kursus mengenai berpikir
positif. Topik ini memperoleh popularitas dengan cepat.
Dalam berpikir positif (positive thinking) melibatkan
proses memasukkan pikiran-pikiran, kata-kata, dan gambaran-gambaran yang
konstruktif (membangun) bagi perkembangan pikiran. Pikiran positif menghadirkan
kebahagiaan,
sukacita, kesehatan, serta kesuksesan dalam setiap situasi dan tindakan anda.
Berpikir Positif diawali dengan sebuah keyakinan pada diri sendiri. Keyakinan
bahwa dirinya mampu. Keyakinan yang mengatakan bahwa diri kita “bisa”. Jika
kita melihat diri kita “bisa”, maka kita akan “bisa”. Jika kita melihat diri
kita akan menghasilkan, maka kita akan menghasilkan. Jika kita tidak bisa melakukan
hal seperti ini, maka kita masih dikuasai oleh pikiran negatif.
Berpikir positif bukan merupakan
tujuan melainkan suatu jalan untuk mencapai tujuan. Menjadikan berpikir positif
sebagai tujuan memang membawa manfaat tetapi manfaat tersebut belumlah seberapa
jika dibandingkan dengan manfaat yang didapat jika berpikir positif dijadikan
sebagai suatu jalan.
2.2 Pengertian Balajar Efektif
Belajar adalah suatu proses perubahan
kepribadian dalam diri manusia, dan perubahan tersebut di tampakkan dalam
peningkatan kualitan dan kuantitas tingkah laku, seperti peningkatan tingkah
laku, kecakapan, pengetahuan, sikap, ketrampilan, daya pikir dan sebagainya.
Proses belajar dapat kita perinci di dalam beberapa prinsip dasar.dengan
memahami prinsip-prinsip tersebut kita akan dapat memiliki arah dan pedoman
yang jelas di dalam belajar dan akan relatif lebih mudah dan lebih cepat
berhasil dalam belajar[4].
Dengan berpedoman pada prinsip-prinsip belajar tersebut, kita akan menemukan
metode balajar yang efektif. Adapun prinsip-prinsip belajar tersebut adalah :
1.
Belajar
harus berorientasi pada tujuan yang jelas.
Dengan
menetapkan suatu tujuan yang jelas, setiap orang akan dapat menentukan arah dan
juga tahap-tahap belajar yang harus dilalui dalam mencapai tujuan belajar
tersebut.
2.
Proses belajar akan terjadi bila seseorang dihadapkan problematika.
Karena
sesuatu yang bersifat problematis akan merangsang seseorang untuk
berpikir dalam memecahkannya.
3.
Belajar dengan pengertian akan lebih bermakna daripada belajar dengan hafalan.
Belajar dengan pengertian memungkinkan seseorang
untuk bisa mengembangkan, menalar hal yang sudah dipelajarinya. Sebaliknya,
belajar dengan hafalan mungkin hasilnya hanya tampak bentuk kemampuan mengingat
pelajaran itu saja, sehingga ia kurang bisa menerapkan, mengembangkan pemikiran
baru.
4.
Belajar memerlukan adanya kesesuaian antara guru dan
murid
Kesesuaian guru dan murid kenyataanya memang sangat
penting dan sangat mempengaruhi seorang murid dalam menyenangi suatu pelajaran,
karena hal ini akan memotivasi seorang murid dalam belajar.
5.
Belajar memerlukan kemampuan dalam menangkap
intisari pelajaran itu sendiri
Kerena dengan cara ini siswa atau mahasiswa akan
dapat membuat suatu ringkasan atau ikhtisar dari semua pelajaran yang telah
dipelajarinya.
2.3
Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Seseorang, Baik Secara Fisik dan Psikis.
Belajar dapat dipengaruhi oleh
banyak faktor, secara garis besar faktor tersebut dibagi menjadi dua yaitu
faktor internal dan faktor eksternal.[5]
1.
Faktor
internal
Yaitu faktor yang berasal dari
dalam individu, yang terdiri dari faktor biologis dan faktor psikologis.
a.
Faktor
Biologis (Jasmaniyah)
Meliputi semua yang
berhubungan dengan keadaan fisik atau jasmani individu.
·
Kondisi
fisik yang normal
Kondisi fisik yang normal, yang
tidak cacat dari lahir sudah tentu sangat menentukan keberhasilan belajar
seseorang. Meliputi keadaan otak, panca indra, anggota tubuh dan sebagainya.
·
Kondisi
kesehatan fisik
Kondisi fisik yang
sehat dan segar (fit) sudah tentu sangat meentukan keberhasilan belajar
seseorang.
b.
Faktor
Psikologis (Rohaniyah)
Faktor psikologis yang
menunjang keberhasilan seseorang yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan
mental, yakni kondisi mental yang mantab dan stabil, yang akan mengantarkan
kita dalam bentuk sikap mental yang positif. Faktor psikologis ini meliputi
hal-hal berikut:
ü Intelegensi
ü Kemauan
ü Bakat
ü Daya ingat
ü Daya konsentrasi
2.
Faktor
Eksternal
Faktor internal
merupakan faktor dari luar individu sendiri, yakni meliputi
o faktor lingkungan keluarga
o faktor lingkungan sekolah
o faktor lingkungan masyarakat
o faktor waktu.
PEMBAHASAN
3.1 Pikiran Positif agar
Belajar Menjadi Efektif
Berpikir positif merupakan sikap mental yang melibatkan
proses memasukan pikiran-pikiran, kata-kata, dan gambaran-gambaran yang
konstruktif (membangun) bagi perkembangan pikiran. Pikiran positif menghadirkan
kebahagiaan, sukacita, kesehatan, serta kesuksesan dalam setiap situasi dan
tindakan. Apapun yang pikiran yang diharapkan,
pikiran positif akan mewujudkannya. Jadi berpikir positif juga merupakan sikap
mental yang mengharapkan hasil yang baik serta menguntungkan. Tidak semua orang
menerima atau mempercayai pola berpikir positif. Beberapa orang menganggap
berpikir positif hanyalah omong kosong, dan sebagian menertawakan orang-orang
yang mempercayai dan menerima pola berpikir positif. Diantara orang-orang yang
menerima pola berpikir positif, tidak banyak yang mengetahui cara untuk
menggunakan cara berpikir ini untuk memperoleh hasil yang efektif.
Mengenai hal ini, dalam agama Islam pun dijelaskan bahwa
kita harus selalu berhusnudzon (positif thinking) kepada siapapun dan
dalam keadaan apapun karena memang ternyata dampaknya sungguh amat baik bagi
kehidupan kita. Namun sayangnya, realita yang terjadi adalah masih banyak di
antara kita yang belum mau atau belum mampu menerapkan cara tersebut sebagai
solusi untuk menjalani hidup lebih mudah. Banyak diantara kita yang masih
selalu menyalahkan keadaan dan mengeluh tentang apa yang kita dapatkan setelah
kita merasa sudah berusaha maksimal. Padahal, jika kita mau merenung sejenak,
kitak tidak bisa lagi memutar waktu kembali dan menjadikan semuanya sesuai
dengan rencana. Kita lupa bahwa segala kendali bukan berada di tangan kita,
tapi di tangan Tuhan yang menjadi pusat kendali seluruh aktivitas alam.
Kalau dihubungkan antara pikiran positif yang bisa membangkitkan
semangat untuk menjadikan kegiatan belajar menjadi lebih efektif dan efisien,
contohnya ketika kita sedang belajar Metematika, maka disaat itu pikiran kita
harus fokus dan harus berkonsentrasi, agar kita dapat mengerjakannya degan
cepat dan mudah, oleh karena itu di saat kita mengarjakan Matematika itu harus
dalam keadaan sehat dan segar (fit) dan jiwa kita dalam keadaan mental yang
mantab dan stabil, yang akan mengantarkan kita dalam bentuk sikap mental yang
positif. Imam Syafi’i juga pernah menganjurkan untuk belajar Matematika, barang
siapa yang ingin menjadi jenius agar belajar Matematika dengan akalnya:”Siapa yang mempelajari Matematika maka
jeniuslah akalnya.”[6]
Selama ini kita tahu bahwa
metematika mengandalkan IQ, dan EQ adalah praktik cara pengaplikasian
mengerjakan soal Matematika dari pengertian yang telah di baca dari buku atau
dari keterangan dari guru. Kalau Kecerdasan spiritual, yaitu kemampuan
mengoptimalkan kerja kecerdasan yang lain. Individu yang mempunyai kebermaknaan
(SQ) yang tinggi, mampu menyandarkan jiwa sepenuhnya berdasarkan makna yang ia
peroleh, dari sana ketenangan hati akan muncul, artinya ketika kita mengerjakan
soal-soal Matematika dalam keadaan jiwa yang tenang akan menjadikan kita dapat
mengerjakannya dengan lebih mudah.
Belajar atau mencari ilmu itu di wajibkan oleh Allah, karena pada
dasarnya orang yang alim itu lebih
utama dari pada orang yang ahli ibadah, dan Allah akan meninggikan derajat
orang yang berilmu dari pada orang yang ahli ibadah, karena orang yang ahli
ibadah tidak bisa beribadah tanpa ilmu. Dan Allah telah menyebutkan di dalam
firmannya dalam al-Qur’an surat al-Mujadalah ayat 11 :
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä
#sÎ) @Ï% öNä3s9
(#qßs¡¡xÿs? Îû
ħÎ=»yfyJø9$# (#qßs|¡øù$$sù Ëx|¡øÿt ª!$# öNä3s9 ( #sÎ)ur @Ï%
(#râà±S$# (#râà±S$$sù Æìsùöt
ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur
(#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uy 4 ª!$#ur
$yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ×Î7yz ÇÊÊÈ
Hai
orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah
dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu",
Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan
Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.[7]
Jadi sudah jelas bahwa pikiran yang positif bisa membantu
mengantarkan kita terhadap kegiatan belajar kita menjadi efektif, hal itu
sangat berpengaruh terhadap psikologis (Rohaniyah)
ketika kita mengerjakan sesuatu baik dalam kegiatan belajar maupun
kegiatan-kegiatan yang lain membuat apa yang kita kerjakan menjadi seperti yang
diinginkan. Karena pikiran yang positif itu sendiri adalah pikiran yang
menyenangkan atau segala sesuatu yang
melahirkan kesenangan dan diinginkan setiap orang.[8]
[1] Muhammad muhyiddin, MENAGEMEN
ESQ POWER,(yogyakarta:DIVA Press 2007) h.87
[2] M. Utsman Najati, Belajar EQ
dan SQ dari Sunnah Nabi, (Jakarta: al-Hikmah 2002).hal.222
[3] Amir Faisal, Anak Jadi Juara,(Jakarta:PT
Elex Media Komputindo)h.36
[4] Thursa Hakim, Belajar Secara
Efektif,(jakarta:Niaga Swadaya) h.10
[5] Thursa Hakim, Belajar Secara
Efektif,(jakarta:Niaga Swadaya) h.21
[6] Ibnu Haja Asqolani,”Nasehat
Penghuni Dunia” Terjemah H. Aliy Menara Qudus. H.99
[7] Terjemahan al-Qur’an Word
[8] M. Darwis Hude, EMOSI
(Penjelajahan Religio-Psikologis tentang Emosi Manusia), (Jakarta:
Airlangga,2006), h.223.
Posting Komentar